WartaSugesti.com // Surabaya – Di dalam tubuh kita terdapat organ yang terdiri dari jaringan otot, yang sering disebut sebagai “daging”.
Organ ini dikenal sebagai jantung, yang dalam Bahasa Inggris disebut “heart”. Namun, dalam konteks bahasa sehari-hari, “heart” sering diterjemahkan sebagai “hati”.
Meskipun demikian, masyarakat kita lebih sering merujuk “hati” pada organ yang sebenarnya disebut “liver” dalam Bahasa Inggris, sedangkan “hati” yang dimaksud sebagai “heart” lebih dikenal dengan sebutan “jantung”.
Jantung adalah organ vital manusia yang berfungsi sebagai penopang kehidupan. Dari empat tanda vital tubuh, dua di antaranya—nadi dan tekanan darah—dihasilkan oleh fungsi jantung.
Detak jantung normal pada manusia, dalam kondisi istirahat, berkisar antara 60 hingga 100 kali per menit.
Variasi detak jantung ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, aktivitas fisik, tekanan mental (misalnya saat cemas, stres, terlalu sedih, atau terlalu bahagia), efek obat-obatan, konsumsi rokok atau alkohol, serta penyakit tertentu seperti anemia, obesitas, hipertiroidisme, atau gangguan jantung.
Setelah berolahraga, jantung akan memompa darah lebih kuat dan cepat ke seluruh tubuh, yang menyebabkan peningkatan denyut nadi. Hal ini merupakan respons alami tubuh untuk memastikan distribusi darah—yang membawa nutrisi dan vitamin—tetap seimbang.
Jantung memiliki peran penting dalam tubuh kita, salah satunya adalah memisahkan darah yang mengandung karbon dioksida (CO2) dari darah yang kaya oksigen (O2). Darah dengan oksigen sering disebut sebagai “darah bersih”, sementara darah yang membawa karbon dioksida dikenal sebagai “darah kotor”.
Jantung berdetak tanpa henti selama 24 jam setiap hari, sepanjang umur kita. Ia bekerja tanpa lelah, tanpa bosan, demi menjaga keseimbangan dan nutrisi tubuh kita.
Namun, di saat tubuh kita dalam kondisi santai dan normal, pernahkah kita mencoba menghitung berapa kali jantung berdetak dalam satu menit? Atau bahkan memikirkan mekanisme kompleks yang terjadi dalam tubuh kita akibat kerja keras dari organ ini—segumpal daging yang secara konsisten dan penuh dedikasi menjaga keseimbangan peredaran darah?
Bayangkan seandainya jantung “bermalas-malasan” seperti yang kadang kita lakukan. Apa akibatnya bagi tubuh kita?
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa hanya dalam satu menit tanpa aliran darah, otak dapat mengalami kerusakan serius yang mengarah pada “stroke”.
Tidak hanya itu, berbagai jaringan tubuh lainnya juga akan terdampak. Rambut kaki bisa rontok, kuku menjadi rapuh, otot mengalami kram atau kekakuan, kaki dan tangan terasa dingin, kulit menjadi kering, dan penyembuhan luka melambat.
Semua ini adalah konsekuensi dari aliran darah yang tidak lancar, terutama jika jantung berhenti menjalankan tugasnya seperti biasa.
Jantung memiliki peran yang sangat besar dalam tubuh kita, namun seringkali kita tidak menyadari betapa fenomenalnya peran tersebut, bahkan hingga mampu menentukan hidup dan mati kita.
Cobalah bandingkan dengan diri kita sendiri—mampukah kita bekerja seperti jantung? Ketika kita memiliki peran penting dalam kehidupan seseorang, tetapi peran tersebut cenderung dilupakan, bukankah itu mirip dengan cara kita memperlakukan jantung selama ini? Lebih parah lagi, kita kerap merusak kesehatan jantung kita sendiri.
Meskipun demikian, jantung tetap menjalankan tugasnya, menjaga keseimbangan peredaran darah dengan detakan yang konsisten, tidak terpengaruh oleh perlakuan buruk kita terhadapnya.
Sebagaimana kita pahami bersama bahwa ciri ketulusan adalah hilangnya keinginan untuk mendapatkan pujian atau takut mendapat hinaan dari manusia, motivasi dari ketulusan hanya satu yaitu menjalankan tugas dan fungsi kita sebagai manusia seperti tujuan Allah menciptakan kita, muaranya apapun yang kita perbuat murni hanya untuk mendapatkan kasih sayang Allah, seperti yang dilakukan jantung kita, selalu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana Allah menciptakannya. Tidak peduli pada lagi pada perlakuan kita sebagai orang yang banyak diuntungkan jantung.
Lantas, keikhlasan dan ketulusan apa lagi yang lebih besar daripada yang dimiliki oleh segenggam daging ciptaan Allah ini? Jantung senantiasa menyertai hidup kita, meskipun kita jarang menyadari keberadaannya, apalagi mengucapkan terima kasih saat ia dalam kondisi sehat.
Sementara itu, di luar sana, banyak orang yang harus berjuang dengan kelainan jantung, menghadapi kesedihan dan keterbatasan dalam hidup mereka.
Pernahkah kita merenungkan dan membandingkan keadaan kita dengan mereka?
Jangan lagi kita terlalu membicarakan peran kita dalam hidup seseorang.
Belajarlah dari jantung—organ yang sering diabaikan perannya, tetapi tetap berdetak tanpa lelah demi menjaga keseimbangan dalam tubuh kita.
Jantung tidak pernah meminta apresiasi atau ucapan terima kasih atas semua yang telah dilakukannya untuk kita.