83/ 100

WartaSugesti.com | Surabaya – Pemilik kedai STMJ legendaris di Surabaya, Bu Nunuk atau nama asli Nunuk Widayanti (53) wafat saat melakukan ibadah haji furoda pada 16 Juni 2024.

Almarhum owner STMJ ini sempat menghilang selama 5 hari sebelum akhirnya diketahui sudah meninggal.

Pasang Iklan Anda di sini
20240201 013240 0000 Bu Nunuk

Menantu, Siska Ayu (29) menceritakan bahwa ibu mertuanya berangkat haji pada Sabtu 17 Mei 2024 bersama 10 orang dengan travel dari Bandara Juanda transit di Jakarta.

Begitu tiba di Jeddah mereka menggunakan transportasi umum untuk ke apartemen.

“Sampai sana (Arab Saudi) 19 Mei. Selama di sana sering telepon, seperti banyak razia dikejar-kejar polisi Arab Saudi. Karena dari visa bukan visa haji, tapi kunjungan pribadi,” kata Siska Selasa (23/7/2024).

Selanjutnya pada Sabtu, 15 Juni mulai perjalanan Armusna. Saat itu Bu Nunuk sempat terpisah dengan suaminya yakni Budi Santoso (55). Beruntung malamnya mereka bisa bertemu lagi.

“Kondisi mama video call katanya capek habis perjalanan jauh,” kaanya.

Nunuk

Keesokan harinya, Minggu 16 Juni melanjutkan perjalanan. Pada saat lempar jumroh, Bu Nunuk kembali hilang.

Berdasarkan cerita ayah mertuanya, Bu Nunuk sudah dehidrasi parah, tidak stabil, dan bicara sudah melantur.

“Mama lempar jumroh bilang nggak kuat, ngajak ayah mundur. Ayah minta lempar jumroh dulu baru mundur. Setelah lempar jumroh, ibu ditoleh (ditengok) sudah nggak ada di sebelahnya. Entah jatuh pingsan atau apa, ayah noleh mau dikejar nggak bisa, karena melawan arus,” jelasnya.

Ayahnya pun menghubungi istrinya namun ponselnya tidak aktif. Budi Santoso juga mengabari pihak travel dan berusaha mencari bersama berkeliling ke lokasi di tempat Bu Nunuk hilang.

Pada Senin, 17 Juni dini hari Budi Santoso mengabari anaknya Rizaldi Santoso (29) bahwa ibunya menghilang.

Dapat informasi itu Rizaldi seketika panik dan berusaha membantu dari Surabaya dengan meminta bantuan keluarga yang beribadah haji resmi dari Kemenag dan rekan saudara di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Arab Saudi.

Hari berikutnya, Selasa 18 Juni pihak travel mencari lagi dan sempat mendapat kabar bahwa Bu Nunuk telah meninggal melalui aplikasi kawal haji.

Namun tak lama diinformasikan kembali bahwa Bu Nunuk tidak meninggal.

“Ayah juga telepon kalau sudah meninggal. Beberapa menit kabarnya itu tidak benar. Katanya meninggal lalu tidak meninggal. Katanya mama nggak pakai perhiasan, tapi di jenazah ada gelang, di jenazah bawa identitas mama,” ujarnya.

Ini masih pada hari Rabu 19 Juni, pihak travel kembali mencari keberadaan Bu Nunuk. Mereka mencari pendamping untuk membantu mencari keberadaan Bu Nunuk.

Rizaldi dibantu keluarga Bu Nunuk yang juga sedang beribadah haji. Pada Kamis, 20 Juni Pakdenya mencari di RS forensik Arab Saudi namun sudah tutup dan diminta kembali keesokan harinya.

“Pas balik hari Jumat (21 Juni) pakde mengabari ada data di forensik dan sudah keluar, ada surat pernyataan surat meninggal (Bu Nunuk) di tanggal 16 Juni. Artinya mama hilang dan meninggal di tanggal yang sama,” cerita Rizaldi.

Kabar duka itu disampaikan bertepatan dengan ayahnya yang sedang pulang ke tanah air sampai Riyadh, Arab Saudi.

Diduga ada kejanggalan pada pihak travel. Sebab Bu Nunuk dan suaminya berangkat menggunakan visa kunjungan pribadi, bukan haji.

Saat mengetahui kejadian itu anaknya baru tahu visa kedua orang tuanya bukan haji melainkan kunjungan pribadi.

Lalu bertanya ke pihak travel dijawab haji backpacker. Kejanggalan pun mulai terlihat.

“Ga ada kepikiran apa-apa, mikir pasti balik. Karena harganya sama kayak furoda, di atas Rp 200 juta,” pungkasnya. (Lastomo)

Reporter: Redaksi