WartaSugesti.com | Surabaya – Bisma Saputra sangat gembira, Rabu 3 Juli 2024. Ia dan teman-temannya belajar sesuatu yang berbeda, membersihkan selokan. Lokasinya persis di samping rel kereta api di wilayah Kebonsari. Selokan itu cukup dalam. Tingginya sekitar 1,3 meter. Lebarnya sekitar tiga meter.
Sebelum masuk ke selokan itu, siswa kelas 5 SDN Karah 3 tersebut berkumpul di SDN Kebonsari 1 Surabaya.
Sekitar pukul 09.30 mereka sudah berada di sana. Menggunakan baju olahraga.
6 SMK Kesehatan Rekomendasi Warga Kota Surabaya
Bisma Saputra tentu tidak sendirian. Bersamanya ada siswa-siswa lain. Total ada 5 sekolah yang mengirimkan wakilnya. Rata-rata berusia 11-12 tahun. Kelas 5-6 SD.
Siapa bilang anak -anak sekolah tidak bisa berkiprah demi lingkungan?
Tengoklah yang dilakukan 15 siswa di Surabaya ini, mereka rela turun mengambil sampah plastik, agar kota tercinta ini tidak lagi banjir.
Mereka adalah Aretha Humaira Nydia Santosa (SDN Jemur Wonosari 1), Ataa Bilbina Lazuardy Syaputri (SDN Jemur Wonosari 1), Qvanixiu Hooxstraten (SDN Karah 3).
Tentu Bisma Saputra (SDN Karah 3), Atika Zahra Ratifa (SDN Kebonsari 1), Almira Kayla Setiyawan (SDN Kebonsari 1), Defariza Bulan Putri Evanda (SDN Margorejo 3/405), Rivamrita Haratiye Kanaka (SDN Jambangan 1), Areta Alfu Qomaroo Ulumuddin (SDN Jemurwonosari 1/417).
Hadir juga Muhammad Haniadrian Wibowo (SDN Jambangan 1/413), Indra Akbar Maulana (SDN Jambangan 1/413), dan Devon Maheswara Mahari (SDN Jambangan 1/413).
Setiba mereka di sekolah tersebut, guru-guru langsung membariskan murid-murid itu, untuk berdoa sebelum memulai acara.
Setelah itu, perjuangan dimulai. Para siswa berjalan kaki dari sekolah ke selokan. Jaraknya sekitar 1 kilometer.
Peletakan Batu Pertama Pembangunan Mako Polres Pamekasan
“Turunnya pelan-pelan ya. Hati-hati dengan benda tajam yang mungkin ada di bawah air,” kata Tri Wahyuningtyas, salah satu guru pendamping, saat dekat selokan.
Sebelumnya, dia memberikan pemahaman kepada peserta didiknya, mengapa mereka harus bersih-bersih selokan. Kata Tri, selokan yang mampet bisa membikin banjir.
Setelah arahan itu, mereka satu per satu turun ke selokan itu. Dipegang oleh guru-guru pendamping. Ada juga guru-guru yang sudah berada di dalam selokan.
Saking antusiasnya turun ke parit, Bisma kepeleset. Tercebur.
Tawa pun lepas dari mulut teman-temannya yang lain. Begitu juga guru-gurunya yang melihat tingkah Bisma.
“Sakit sih sedikit. Tapi seru. Ingin ulang lagi,” kata Bisma sambil tersenyum.
Selain membersihkan selokan, mereka juga mengampanyekan ke masyarakat sekitar untuk mengurangi sampah plastik. Yakni dengan menggunakan kantong belanja yang bisa digunakan beberapa kali.
“Tadi kami bagikan juga ke masyarakat sekitar kantong belanja itu,” katanya lagi. (Lastomo)
Tim Redaksi