83/ 100

Wartasugesti.com | Surabaya – Indra Wahyudi, warga Kebraon, Surabaya, mengamuk dan melayangkan protes keras kepada Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Surabaya, Eddy Christijanto. Pemicunya, nama Indra masuk dalam daftar blokir Kartu Keluarga (KK) yang dipublikasikan Dispendukcapil Surabaya.

Padahal, dia sudah tinggal di Surabaya sejak lahir. Selama itu pula, dia tidak pernah pindah domisili ke luar Surabaya.

Pasang Iklan Anda di sini
20240201 013240 0000 1 Rumah 3 KK

“Saya sudah ngomong ke lurah, saya tidak akan mau menuliskan satu tetes pun tinta saya memohon di rumah saya sendiri,” ujar Indra dengan nada tinggi di depan Komisi A DPRD Surabaya, ditulis Selasa (2/7/2024).

AMI Bersama Warga Surabaya Tolak Kebijakan 1 Rumah 3 KK

Dia juga mempertanyakan proses verifikasi dan pencocokan data hingga namanya dinyatakan tidak sesuai domisili dan masuk daftar blokir. Indra pun menegaskan tidak akan mengajukan permohonan apapun terkait hal ini.

Warga

“Sopo sing nyoklit lek setan pak sing nyoklit aku gak iso ketemu wonge (Siapa yang mencocokkan data, kalau setan yang mencocokkan data, saya tidak bisa ketemu orangnya). Tapi kan menungso (manusia). Apakah dia melakukan konfirmasi? Tidak,” tegas Indra.

“Saya minta pertanggungjawaban dan saya tidak akan satu tetes tinta pun meletakkan permohonan,” tambah dia.

Kepala Dispendukcapil Surabaya, Eddy Christijanto, menjelaskan pihaknya belum melakukan pemblokiran atau penonaktifan data sama sekali. Kewenangan pemblokiran KK hanya ada di Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Emosi Pinjaman Berbunga 5 Kali Lipat, Tersangka Bunuh Karyawan

Eddy menjelaskan, daftar blokir yang dipublikasikan Dispendukcapil Surabaya diperoleh berdasarkan data dari aplikasi Check-In yang diverifikasi oleh kelurahan.

Dispendukcapil Surabaya tidak memiliki akses untuk membuka aplikasi tersebut.

“Data itu belum diblokir. Jadi kalau data itu saya kirim ke Kemendagri, terus datanya dinonaktifkan, warga yang 97 ribu itu kan yang terdampak,” jelas Eddy.

Ia menambahkan, tujuan publikasi daftar tersebut adalah untuk mendapatkan klarifikasi langsung dari warga terkait data yang tidak sesuai.

Indra Wahyudi merasa dipermalukan karena namanya masuk dalam daftar blokir. Apalagi, data tersebut telah dipublikasikan dan bisa dilihat oleh siapa saja.

“Itu data di-publish kok kurang ajar. Itu data terbuka lho, Pak. Semua orang bisa melihat,” protes Indra kepada Eddy.

Eddy Christijanto meminta maaf jika salah mempublikasikan data. Ia menegaskan, tujuannya hanya agar warga melakukan klarifikasi.

“Pak Indra saya minta maaf jika salah mempublish data. Namun maksud saya itu hanya satu, biar warga klarifikasi. Oh saya ada di sini. Sudah itu saja,” pungkas dia. (Lastomo)

Reporter: Redaksi