84/ 100

WartaSugesti.com | Papua – Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid menyoroti penembakan 3 orang anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Puncak Jaya Oleh oknum Tentara Nasional Indonesia (TNI), tiga orang lainnya masyarakat sipil.

Ketua Komisi I, Meutya Hafid prihatin karena OPM yang kembali berulah. Meutya meminta pemerintah fokus dalam penyelesaian konflik dan pemulihan stabilitas di Papua.

Pasang Iklan Anda di sini
20240201 013240 0000 Komisi I DPR RI

“Kami prihatin dengan gencarnya aksi OPM yang belakangan ini semakin sering dilakukan. Kami meminta Pemerintah segera mengambil langkah konkret dan fokus pada penyelesaian konflik serta stabilitas keamanan di Papua,” kata Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid, dalam keterangan tertulis, Jumat (19/7/2024).

Meutya menilai pemerintah perlu mengoptimalkan pendekatan sosial budaya dalam mengatasi aksi-aksi anarkis OPM. Ia menekankan prioritas utama adalah keamanan masyarakat Papua.

“Pemerintah perlu membuka kembali dialog-dialog dengan kelompok OPM untuk mencari solusi damai. Negosiasi yang inklusif dan transparan dapat membantu mengurangi ketegangan,” tutur Legislator dari Dapil Sumatera Utara itu.

“Kami ingin memastikan kehadiran aparat keamanan untuk melindungi warga sipil agar mengatasi ancaman keamanan. Penguatan keberadaan TNI dan Polri di wilayah tersebut sangat penting,” lanjut Meutya.

Lebih lanjut, Meutya menilai investasi dalam pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat dapat membantu mengurangi ketidakstabilan keamanan di Papua.

“Dan kami Komisi I DPR mengapresiasi pembangunan yang telah dilakukan Pemerintah di Papua dalam 10 tahun terakhir secara cepat, pesat, dan signifikan,” ungkapnya.

“Langkah pembangunan seperti itu perlu dilanjutkan untuk keberpihakan terhadap masyarakat Papua,” imbuh Meutya.

Komisi I

Diketahui, Kelompok OPM beberapa hari lalu melakukan pembakaran sekolah. Meutya mengatakan tindakan tersebut dapat merebut hak anak Papua belajar.

“Kami berharap Pemerintah dapat menjamin agar anak-anak di Papua dapat memperoleh pendidikan dengan aman dan nyaman tanpa adanya intimidasi dan gangguan,” pungkas Meutya.

Seperti diketahui situasi di Puncak Jaya, Papua Tengah, sempat memanas usai tiga anggota OPM tewas ditembak oleh anggota TNI pada Selasa (16/7) lalu.

Penembakan tersebut bermula saat sejumlah anggota OPM menyerang Satgas Yonif RK 753/AVT.

Massa lalu melancarkan protes dan mengatakan para korban bukan anggota OPM. Buntut protes itu, sebanyak enam unit mobil milik TNI-Polri dibakar massa. Mereka juga meminta ganti rugi total Rp 3 miliar untuk ketiga orang yang ditembak sebagai denda adat.

Personel TNI sendiri menyita satu pucuk pistol rakitan dan bendera Bintang Kejora usai menembak mati 3 anggota OPM tersebut.

Barang bukti itu diduga milik kelompok OPM pimpinan Teranus Enumbi yang terus menerus meneror warga sipil. Kelompok ini juga disebut sering merusak fasilitas umum hingga menyerang aparat keamanan.

Sebagai mana di ketahui bahwa hal yang baru saja terjadi tetapi juga memakan waktu selama 61 tahun yang lalu.

Dalam hal itu, PEPERA 1969 sudah, kemudian berdasarkan perjanjian tuntutan TPNPB OPM dan Orang Papua adalah ingin untuk mau negara sendiri untuk Papua tidak ada jalan lain untuk melakukan aksi kelompok tersebut.

Ketua komisi I DPR RI segera memberikan Papua negara sendiri lalu tidak ada masalah yang akan terjadi jika kalau Papua Negara sendiri.

Penulis: Amandus Doo di Papua

Reporter: Redaksi